Sabtu, 19 September 2015

penjajahan bangsa eropa di nusantara

         Masuk Dan Bekembangnya Penjajah Bangsa Barat di Indonesia

 Bangsa barat datang ke Indonesia pada awalnya bertujuan untuk menguasai Indonesia. Karena Indonesia kaya akan hasil buminya. Termasuk rempah-rempah, bangsa barat datang ke Indonesia. Selain itu, mereka ke Indonesia membawa misi menyebarkan agama, mereka melakukan penjelajahan samudra, karena memiliki keinginan mencari kekayaan dan kesuksesan.

  Bangsa Eropa melakukan penjajahan ke Indonesia bukan sekedar berdagang mereka ingin mencari kekayaan dan kesuksesan. Hal ini terbukti selama 350 tahun Indonesia di bawah naungan kekuasaan penjajah. Berbagai organisasi rakyat muncul. Tujuannya untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah dengan berbagai cara.

penjajahan     Kekuasaan bangsa portugis ke Indonesia tahun 1511 armada portugis dibawah pimpinan Alfonso De Alberqueque tiba di malaka berperang melawan Sultan malaka yaitu Sultan Mahmud Syah (1488-1528). Bangsa portugis melanjutkan perjalanan dari pulau Hituoke Ternate Maluku, dengan tujuan menguasai daerah penghasil rempah-rempah portugis dapat diusir dari wilayah maluku pada tahun 1575.
Pekembangan Kolonialisme dan Imperalisme Barat
   Faktor-faktor pndorong bangsa Eropa ke Indonesia. Akibat terjadinya perubahan politik di Eropa yang disebabkan runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat, Perang salib, dan jatuhnya  Kekaisaran Byzantium, maka berpengaruh terhadap perubahan ekonomi dan sosial di Eropa. Hal ini mendorong  bangsa  Eropa menyebar ke berbagai belahan dunia termasuk ke kepulauan Indonesia.
    Kedatangan Bangsa Portugis dan Spanyol, Sebelum bansa Eropa datang, di Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Islam. Pemerintah tersebut menjadi pusat perdagangan pemerintah itu antara lain, Aceh, Banten, Demak, Cirebon, Banjar, Ternate, Makasar, dan Tidore. Bangsa barat yang datang pertama kali di Indonesia yaitu bangsa  Portugis. Pada tahun 1521 bangsa Spanyol datang ke Maluku dari Filipina melalui Kalimantan, kemudian menuju Tidore. Wilayah ternate bersekutu dengan Portugis sedangkan wilayah Tidore bersekutu dengan Spanyol. Karena itu terjadi persaingan antara Portugis dan Spanyol. Persaingan diatasi dengan perjanjian Tordesilas pada tahun 1534. Dalam perjanjian itu  disebutkan, bahwa Maluku sebagai daerah jajahan Portugis. Akhirnya Spanyol meninggalkan Maluku dan kembali ke Filipina.
   Pngaruh Impetialisme dan Kolonialisme terhadap bangsa Indonesia
1.      Bidang Politik
2.      Bidang Ekonomi
3.      Bidang soaial
4.      Bidang Budaya


   Kekuasaan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC)
Bangsa Belanda pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1596 di bawah pimpinan  Cornelis de Houtman. Mereka mendarat di Banten. Kedatangan mereka pada awal memang dicurigai, tetapi setelah menjelaskan maksud kedatangannya hanyalah untuk berdagang, maka penguasa dan rakyat Banten menyambut dengan baik, Hal ini atas pertimbangan bahwa dengan kedatangan mereka selain dapat menambah pendapatan pemerintah melalui perdagangan, dapat juga dijadikan sekutu m elawan  Portugis, Akan tetapi suasana persahabatan itu tidak berlangsung lama karena timbul persaingan diantara pedagang-pedagang Eropa. Orang-orang belanda bersikap kasar sehingga menimbulkan keonaran. Akibatnya, penguasa Banten menangkap orang-orang Belanda termasuk Cornelis de Houtman. Orang-orang Belanda membalas dengan menembaki Banten dari kapal-kapal mereka. Hal ini menimbulkan suasana permusuhan. Untuk mengatasi hal ini kemudian diadakan perjanjian, yang menjelaskan bahwa penguasa Banten akan melepas orang-orang Belanda asli mereka mau memberikan tebusan dan setelah itu harus meninggalkan Banten. Akhirnya, dengan tebusan uang mereka dibebaskan. Belanda melanjutkan perjalanan ke timur menyusuri Pantai Utara Jawa. Mereka tidak singgah di pelabuhan itu karena pelabuhan itu tidak mau menerima kedatangannya, mereka segera kembali ke negrinya. Keuntungan yang diperoleh Belanda adalah mengetahui secara langsung jalur pelayaran dan daerah penghasil rempah-rempah.
    Tahun 1598, Belanda datang di Indonesia yang kedua kalinya menuju Banten di bawah pimpinan  Jacob van Neck, Meskipun sebelumnya Belanda sudah menimbulkan keonaran, tetapi ternyata kedatangan yangke dua kali di Banten disambut baik. Kedatangan  Jacob van Neck  segera diikuti oleh pedagang Belanda lainnya.
    Tujuan VOC ke Indonesia
    Belanda membentuk suatu kongsi dagang bersama yang disebut  Vereeningde Oost Indische Compagnie  (VOC) pada tahun 1602 terbentuknya maskapai Hindia Timur (VOC) yang dimarkaskan di Amsterdam, Pembentukan VOC atas usul  Johan van Oldenborneve.  Dibentuknya VOC selain untuk menghindari persaingan di antara pedagangan Belanda sendiri, juga bertujuan menyaingi kongsi dagang Inggris yang sudah terlebih dahulu ada di India, yaitu EIC (East India Company). Tujuan VOC di Indonesia, antara lain menguasai pelabuhan-pelabuhan penting, menguasai pemerintah di Indonesia, dan melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah. Setelah berhasil menguasai pelabuhan-pelabuhan penting, dengan politik  Devide et Impera  (Memecah dan Menguasai)
    Untuk mendukung keberadaan VOC, parlemen Belanda memberi Hak Oktoori, yang isinya:                                                                                 
1)     Hak Monopoli perdagangan di wilayah antara Amerika Selatan dan Afrika.
2)     Hak memiliki angkatan perang dan membangun benteng pertahanan.
3)     Hak untuk mengadakan perang dan menjajah.
4)     Hak sebagai wakil pemerintah Belanda di Indonesia.
5)     Hak untuk mengikat perjanjian dengan raja-raja di Indonesia.
6)     Hak untuk mengangkat pegawa.
7)     Hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri.
8)     Hak untuk memungut pajak.
Dalam Monopoli Perdagangan rempah-rempah di Indonesia VOC memberlakukan Hal-hal berikut:
·         Hak Eksteerposi (Hak untuk mengurangi hasil rempah-rempah dengan cara menebang / memusnahkannya bila perlu
·         Pelayaran Hongi (Hongi Tochtan, pengawasan terhadap pelaksanaan monopoli perdagangan di Indonesia
            Berakhirnya VOC
 Setelah berjalan sekitar 200 tahun, VOC mengalami kemunduran dan tidak dapat melaksanakan tugasnya karena mengalami kebrangkrutan. Pada tanggal 31 Desember 1799 secara resmi VOC dibubarkan.
           Pelaksanaan Tanam Paksa
          Van Den Bosch, seorang tokoh Belanda yang mengusulkan dilaksanakannya  cultuur Stelsel   "Tanam Paksa". Latar belakang dilaksanakannya tanam paksa yaitu karena terjadi kesulitan keuangan yang dialami pemerintah Belanda pada awal abad 19 kas negeri Belanda kosong. Selain itu Belanda sedang  menghadapi Belgia yang berusaha melepaskan diri. Di Indonesia terjadi perlawanan Diponegoro. Dalam upaya mengatasi kondisi tersebut, Van Den Bosch mengusulkan agar pemerintah belanda meningkatkan produksi tanam perdagangan. Usul tersebut disetujui oleh pemerintah Belanda dan Van Den Bosch diangkat menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda sekaligus pelaksanaan tanam paksa.  Cultuurprocenten  adalah semacam persen atau hadiah bagi para pelaksana tanam paksa dapat menyerahkan hasil persen melebihi ketentuan yang telah ditetapkan dengan tepat waktu. Kesempatan ini digunakan oleh para pelaksana tanam paksa untuk memaksa rakyat bekerja ekstra keras, agar hasil panen meningkat demi kepentingan pribadinya.
     Akibat pelaksanaan Tanam Paksa
     Hal ini membawa konsekuensi yang sangat berat bagi rakyat Indonesia, Misalnya, akibat tanah terbengkala, panen gagal, kemiskinan, kemelaratan, wabah penyakit, kematian. Daerah-daerah yang paling banyak mengalami penderitaan ini adalah Demak, Purwodadi, dan Priangan. Sedangkan bagi Belanda membawakan keuntungan yang  melimpah. Jutaan gulden uang mengalir ke negeri Belanda sehingga dapat digunakan untuk: Mengisi kekosongan kas negara, melunasi utang, membuat jalan kereta api dan pelabuhan, dan membangun pusat industri.
      Reaksi terhadap Tanam Paksa
Tanam paksa mendapat reaksi yang cukup keras dari masyarakat. Reaksi ini datang dari  Douwes Dekker  dan  Frans van der Putte.
1)     Max Hevelaar karya Douwes Dekker (Multatuli). Dalam buku yang berarti "Lelang Kopi", dijelaskan bagaimana penderitaan penduduk Pulau Jawa, khususnya Banten dan Priangan. Mereka diperas oleh pejabat Belanda dengan cara harus menanam kopi yang hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah Hindia Belanda atas tekanan para pegawainya.
2)     Suiker Contracten (Kontrak Gula) Karya  Frans van der Putte. Pada tahun 1850, timbulah perdebatan tentang pelaksanaan tanam paksa. Ada yang pro dan ad yang Kontra.Mereka yang menyetujui terutama para pejabat pemerintah dan para pengelola  NHM (Nederlandsche Handel Maatschappij), Suatu perusahaan transportasi. Golongan yang menentang yaitu golongan liberal dan agama.


   Penghapusan Tanam paksa
   Karena banyak reaksi yang muncul, Pemerintah Belanda mulai berusaha untuk menghapus tanam paksa secara bertahap, misalnya menghapus tanam paksa lada pada tahun 1860 dan tanam paksa nilai serta teh pada tahun 1865. Keseluruhan tanam paksa dihapus pada tahun 1870, tanam paksa dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1830-1870 (40 tahun).
  Politik Kolonial Liberal
  Di Indonesia tidak terlepas dari perubahan politik di Belanda. Pada tahun 1850, golongan liberal di negeri Belanda mulai memperoleh kemenagan dalam pemerintah. Kemenangan itu di peroleh secara mutlak pada tahun 1870, sehingga tanam paksa dapat dihapus. Pada tahun 1870 di Indonesia dilaksanakan politik kolonial liberal atau sering disebut "Politik pintu terbuka"  (Open door policy). Sejak itu pemerintah Hindia Belanda membuka Indonesia dari para pengusaha swasta asing untuk menanamkan modalnya, khusus di bidang perkebunan. Pelaksanaan ditandai dengan keluarga Hukum             De Waal,  yaitu Hukum Agraria dan Hukum Gula. Hukum Agraria  (Agrarische wet)  menjelaskan, Bahwa semua tanah di Indonesia adalah milik pemerintah Belanda. Oleh karena itu pihak swasta dapat menyewakan dengan jangka waktu antara 50-75 tahun di luar tanah yang digunakan oleh penduduk untuk bercocok tanam. Dalam Undang-undang Gula (Suiker Wet) ditetapkan bahwa tebu tidak bisa diangkut ke luar Indonesia tetapi harus di proses di dalam negeri.
                                          
   Munculnya peerkebunan swasta di Indonesia
   Terbukanya Indonesia bagi swasta asing berakibat munculnya pekebunan-perkebunan swasta asing di Indonesia seperti perkebunan teh dan kina di Jawa Barat, perkebunan tembakau di Deli, perkebunan tebu di Penanaman modal di bidang  pertambangan seperti tambang  timah di Bangka dan tambang batu bara di Umbilin. Pengaru gerakan liberal terhadap Indonesia secara umum:
1)     Tanam paksa dihapus.
2)     Modal swasta asing mulai dibudidayakan di Indonesia.
3)     Usaha kerajinanrakyat terdesak oleh barang impor.
4)     Pemerintah Hindia Belanda membangun prasarana-prasarana.
5)     Hindia Belanda menjadi penghasil barang perkebunan yang penting.
6)     Rakyat perdesaan mulai mengenal arti pentingnya uang.
  Para pekerja perkebunan diikat dengan sistem kontrak, mereka harus mau menerima semua yang telah ditetapkan oleh perusahaan pihak pengusaha memang memiliki aturan yang disebut  Poenale Sanctie  yaitu peraturan yang mengatur pemberian sanksi hukuman bagi para buruh yang melarikan diri dan tertangkap kembali.
   Kaum liberal memandang Hindia Belanda sebagai ladang pihak swasta sehingga dapat menimbulkan akibat-akibat:
1)     Timbulnya Urbanisasi. hal ini terjadi karena rakyat yang tidak memiliki tanah, pergi ke kota untuk mencari kehidupan dengan bekerja pada pabrik-pabrik yang telah didirikan oleh swasta maupun pemerintah.
2)     Penduduk kota semakin bertambah pesat.
3)     Timbulnya kaum buruh.
4)     Tanah perkebunan semakin luas.
hhtp//akbaralibasah@gmail.com